Ratting Program Televisi Indonesia Juni 2012 Election08 [email protected]. Rating tv indonesia tgl. Tingginya rating pemirsa membuat stasiun televisi di Indonesia berlomba. Pengalaman saya pernah riset mengenai Ratting program TeleVisi di indonesia yang di selengggarakan oleh salah satu Statsiun Televisi swasta di Jakarta. Oktober 2012; Juni 2012; Mei 2012; Februari 2012; Januari 2012; Agustus. Sphere of Reflection: WAJAH RAMADHAN DI TELEVISI. Oleh : Gun Gun Heryanto*(Telah Dipublikasikan di Harian SINDO)Suasana Ramadhan semarak kembali di tengah masyarakat. Bulan suci bagi umat Islam ini, selain menjadi momentum perbaikan diri untuk kembali ke jiwa yang fitri dalam perspektif agama, juga biasanya menghadirkan ritus tahunan yang mapan di tengah masyarakat. Ritus yang tak hanya menempatkan ibadah dalam ranah privat, melainkan juga telah melembaga dalam budaya populer sebagian besar masyarakat Indonesia. Program televise kita hanya sekedar menari ratting atau nilai berapa banyak yang menonton acara tersebut. Rating Program Televisi Indonesia. Informasi Daily Rating & Dunia Pertelevisian Indonesia. Email or Phone: Password: Forgot account? Monday, January 23, 2012 Website Untuk Melihat Rating Acara Televisi di. Rating Televisi Indonesia. Wajar kiranya, jika gebyar Ramadhan telah hadir menjadi tradisi komunal yang sarat makna. Mulai dari pemaknaan religiusitas, komitmen sosial, hingga pemaknaan yang sifatnya ekonomis- pragmatis oleh sebagian kalangan. Kemasan Ramadhan. Salah satu fenomena yang menarik kita perhatikan di hampir setiap bulan Ramadhan adalah semaraknya acara TV dengan berbagai kemasan (package) program bernafas agama. Mulai dari reality show, sinetron, talk show, komedi, ceramah keagamaan dan lain- lain. Bahkan iklan sekalipun, banyak yang dikemas dengan memanfaatkan ornamen Ramadhan. Kesemarakan kian lengkap dengan hadirnya selebritis dalam paket kemasan tersebut. Tahukan yang namanya stasiun TV, di Indonesia ada 10. Liat gih di info ratting! Indonesia-Trade Mark Technology.??! KULIAH PROGRAM DOKTOR (S-3) 7. Ratting Program Televisi Indonesia Juni 2012 MoviesKenyataannya, kiprah stasiun- stasiun TV dalam menyemarakan Ramadhan masih banyak menuai kritik. Kerapkali tuduhan keras terlontar, bahwa TV hanya memanfaatkan Ramadhan sebagai ladang bisnis tahunan, tanpa mengkaji lebih dalam substansi Ramadhan itu sendiri. Menurut penulis, ada beberapa catatan penting dalam menilai posisi media massa termasuk TV dalam konteks Ramadhan. Pertama, harus disadari bahwa televisi saat ini, telah tumbuh dan berkembang menjadi industri padat modal. Dalam hal ini penulis setuju dengan pendapat Shoemaker (1. Sebagai capitalist venture media penyiaran beroperasi dalam sebuah struktur industri kapitalis. Dalam pandangan Smythe, fungsi utama media pada akhirnya menciptakan kestabilan segmen audien bagi monopoli penjualan pengiklan (Smythe, 1. Stasiun- stasiun televisi komersil tentunya memakai logika berpikir yang sama dalam memaknai Ramadhan. Selama bulan Ramadhan, ada perubahan kondisi kejiwaan, perasaan dan selera dari khalayak. Perubahan ini ditangkap, kemudian dikomodifikasi dalam bentuk beragam format acara yang . Dimmick dan Rothenbuhler (1. Dengan content yang menarik, audiens akan tetap memilih stasiun TV tertentu sebagai pilihannya. Kian banyak audiens yang menonton suatu program, maka kian tinggi pula ratting program tersebut. Akibat lebih lanjut, tentu saja para pengiklan akan semakin berminat mamasang iklan pada program yang bersangkutan. Dalam konteks ini, tampilan media televisi yang kental dengan wajah industri tak bisa dipersalahkan. Ramadhan sama halnya dengan momen perhelatan World Cup dan Euro Championship pada permainan sepakbola atau pun momen kampanye saat Pemilu. Sama- sama memiliki segmen khalayak yang jelas, yang dipersatukan oleh ideologi tertentu. Piala dunia dan Euro pada perhelatan sepakbola misalnya, dipersatukan oleh “ideologi kulit bundar”, kampanye di persatukan oleh ideologi politik, sementara Ramadhan dipersatukan ideologi agama. Momentum tersebut sama- sama membentuk basis massa dan segmen khalayak yang jelas bagi media. Kedua, meskipun wajah industri nyata tergambar dalam gebyarnya paket Ramadhan di televisi, tak bisa dinafikan bahwa televisi menjadi entitas sosial yang sangat berpengaruh. Framing yang dikonstruksinya meminjam istilah Goffman ibarat kepingan- kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas (dalam Alex Sobur, 2. Seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek- aspek realitas Ramadhan telah memungkinkan individu khalayak dapat melokalisasi, merasakan, mengidentifikasi serta memberi label. Dengan keperkasaannya sebagai institusi sosial yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan secara cepat dan menjangkau khalayak luas, televisi tampil kian digandrungi. Kiprah stasiun- stasiun televisi menonjolkan fenomena Ramadhan dalam konteks ini patut dihargai. Karena bisa jadi, exposure (terpaan) tentang Ramadhan membentuk dampak yang kuat karena media menerapkan prinsip konsonansi. Dalam literatur komunikasi massa, konsonansi diartikan sebagai isi informasi tentang sesuatu yang disampaikan oleh berbagai media massa yang relatif sama atau serupa. Kesamaan dalam hal materi isi, arah dan orientasinya termasuk juga dalam hal waktu, frekuensi dan cara penyajiannya. Berbagai stasiun TV yang rame- rame menanyangkan sinetron, talkshow, reality show, ceramah yang berbau Ramadhan seyogyanya tidak dapandang secara skeptis. Karena realitas simbolik tentang Ramadhan yang diusung TV, bisa menghadirkan suasana Ramadhan hingga ke ruang- ruang keluarga. Substansi Program. Catatan kritis yang perlu penulis kemukakan adalah menyangkut kualitas program yang ditampilkan. Pertama, kualitas bahasa dan tindakan simbolis yang digunakan untuk menyimbolkan keagungan bulan Ramadhan seyogyanya terjaga. Jangan karena mengejar keuntungan tayangan, stasiun- stasiun TV terjebak pada model identifikasi mitis dan distansi alegoris. Identifikasi mitis artinya melebih- lebihkan kesatuan identitas Ramadhan, antara tindakan simbolis dengan apa yang disimbolkannya. Sementara distansi alegoris, justru mengkonstruksi realitas Ramadhan terlampau berbeda dengan substansinya, sehingga menyebabkan keterasingan Ramadhan dari hakekat yang sesungguhnya. Ramadhan cukup disimbolkan sebagai bulan evaluasi dan refleksi dalam peneguhan sosok manusia penyabar, peduli, memiliki komitmen sosial dan mampu mengendalikan dirinya. Sehingga khalayak dapat menyingkap simbol itu dan terpengaruh baik secara kognisi, afeksi maupun konasinya. Kedua, harus ada perimbangan antara program yang bermuatan edukasi dengan yang entertainment. Dengan konsep dan inovasi kreatif serta didukung produksi yang baik, tentu bisa lebih menghadirkan kesemarakan Ramadhan di layar TV, tanpa mendistorsi muatan nilai yang terkandung di dalamnya. Kita memang tidak bisa menafikan keberadaan TV sebagai entitas industri. Mengutip Gordon, Smythe membagi tiga hal yang dapat digunakan sebagai patokan untuk mengidentifikasi karakteristik suatu indusri media. Yakni customer requirments, merujuk pada harapan konsumen tentang produk yang mencakup aspek kualitas, diversitas dan ketersediaan. Competitive environment, yaitu lingkungan pesaing yang dihadapi perusahaan, dan terakhir social expectation yang berhubungan dengan tingkat harapan masyarakat terhadap keberadaan industri. Semakin tersedia program Ramadhan yang bagus, semakin beragam format acaranya dan semakin bagus kualitasnya, maka akan muncul kepuasan pada khalayak. Memang kerapkali industri juga memiliki kelemahan. Diantaranya, industri media lebih berorientasi pada pemenuhan keinginan market sesuai dengan kriteria apa yang paling memungkinkan secara ekonomi dan politik bagi para pemilik modal. Kerap kali kita perhatikan, produk media pada paket acara Ramadhan bersifat dangkal dan tidak sesuai dengan substansi Ramadhannya. Misalnya, cermah dan disuksi keagamaan di beberapa stasiun TV, justru diisi bukan oleh ahlinya, melainkan oleh selebritis yang dari ukuran komersial dianggap menguntungkan. Kalau pun ada kyai atau ustadz sesungguhnya, rumusannya adalah memakai kyai atau ustadz yang ngetop dan ngepop. Begitu juga dalam paket program buka puasa dan sahur, substansi acara keagamaan justru hanya menjadi pelengkap penderita. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa dalam konteks industri kapitalis, produk media lebih merupakan mode of productions. Namun demikian, terlepas dari plus minusnya media dalam sistem industri, televisi tetap menjadi media massa yang dibutuhkan khalayak. Daftar Rujukan. Shoemaker, Pamela J. Reese, (1. 99. 1), Mediating the Message : Theories of Influence on Mass Media Content, New York : Longman Publishing Group. Smythe, Dallas, (1. Communication: blindspot of Western Marxism, Canadian Journal of Political and Social Theory, Vol. I No. 3. Dimmick, J and Rothenbuhler, E., the Theory of the Niche : Quantifying Among Media Industries, dalam Journal of Communication, Winter, 1. Sobur, Alex, (2. 00. Analisis Teks Media, Bandung : Rosdakarya. Dahlan Iskan “Anak Miskin Asal Magetan “Jakarta , Metro News Indonesia. Satu nama lagi yang menjadi “kembang” berita, yakni Dahlan Iskan. Pria kelahiran Magetan, Jawa Timur, 1. Agustus 1. 95. 1 ini bahkan paling diburu pencari warta. Sejak dilantik Presiden sebagai Menteri BUMN bersama 3. Rabu pagi, pemilik Jawa Pos Group ini terpaksa roadshow untuk memenuhi undangan stasiun- stasiun televisiswasta, tak kalah ratting dengan artis top ibukota . Media massa pun lebih senang menyoal Dahlan, karena dianggap menteri paling sensasi, nyleneh, dan sangat lugas. Sikap “semau gue” Dahlan memang menarik media, seperti yang pernah dilakukannya , menggratiskan pengguna jalan tol, sampai trurun sendiri kejalan menjual E- Tol . Sebagai seorang pejabat tinggi, ia pun tak takut gagal menjabat menteri karena mengidap penyakit gawat. Dahlan blak- blakan menyebut penyakit kanker hati, seperti yang ditulisnya dalam buku Ganti Hati setebal 3. Sepak terjangnya memang terlihat ketika dipercaya menjadi Direktur Utama (dirut) PLN sejak 2. Desember 2. 00. 9 lalu. Kala itu, ia menyatakan tidak bersedia mengambil gaji, tidak mengambil fasilitas rumah dan mobil dinas. Secara bercanda, Dahlan beralasan karena rumah dan mobil pribadinya lebih bagus dibandingkan fasilitas dinas. Ia membuat banyak program pro rakyat di PLN. Di antaranya bebas byar pet se- Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta sambungan, membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di 1. Pada 2. 01. 0, ia berhasil membangun PLTS di lima pulau di Indonesia bagian timur. Bahkan, pada tahun 2. Dahlan akan mengukirkan angan- angannya dalam mencetuskan energy mix sehingga bisa menghemat triliunan rupiah, dan jumlah mati lampu akan mencapai standar internasional untuk Negara sekelas Indonesia. Ingin Bebas Ia mengaku sangat bahagia bisa mengukir karya di PLN. Oleh karena itu, suami Nafsiah Sabri ini mengaku sangat sedih ketika harus dipisahkan dengan PLN, yang telah membuatnya hidup muda kembali. Alasannya, ia segera ingin menjadi orang bebas. Hal itu juga terungkap dalam tulisannya berjudul Inikah Kisah Kasih Tak Sampai? Tulisannya yang juga diunduh di website PLN itu mengungkapkan tentang keinginannya mengundurkan diri setelah bekerja tiga tahun di PLN atau pada 2. Ia yakin, dalam tiga tahun itu, PLN akan mencapai kejayaan dan rakyat maupun pengusaha sudah bisa menikmati listrik murah. Namun, keinginannya tertunda. Presiden justru memberinya tugas berat menjadi Menneg BUMN dan mengelola 1. Tugas itu diberikan ketika dia akan berangkat ke Amsterdam, Belanda, guna mendampingi anak sulungnya, Azrul Ananda, yang menjabat sebagai Dirut Jawa Pos, menerima penghargaan dari persatuan Koran se- dunia. Karena tugas itu, ia diminta membatalkan keberangkatannya ke Belanda. Apakah ia akan seberhasil seperti ketika memimpin PLN? Dahlan cukup yakin. Kuncinya, harus kompak. Karena, menurutnya 8. BUMN karena tidak kompak, dan 8. Agar mudah diingat, ia memilih HUT RI, 1. Agustus. Sedang tahun kelahirannya 1. Dahlan pun hanya memperkirakan dari keterangan ayahnya, yakni ketika Gunung Kelud meletus, Dahlan sudah bisa merangkak. Kehidupan yang miskin membuatnya harus mengikuti kakaknya yang bertransmigrasi ke Samarinda, Kalimantan TImur. Keinginannya waktu itu, ia ingin melanjutkan kuliah di IAIN. Namun, baru 1,5 tahun kuliah, ia memilih ke luar. Alasannya, mata kuliah yang diajarkan ternyata tidak lebih tinggi dibandingkan Madrasah Aliyah, tempatnya belajar di Magetan. Ia kemudian bekerja sebagai wartawan sebuah Koran lokal di Samarinda pada 1. Gajinya waktu itu tergantung tulisan yang dimuat. Pada tahun itu juga, iaterpilih menjadi satu dari 1. Indonesia yang mengikuti kursus jurnalistik LP3. ES. Ketika pelatihan, ia ditempatkan di Tempo. Usai pelatihan, ia diminta menjadi wartawan Tempo. Tahun 1. 97. 6, Ia kemudian ditugaskan menjadi wartawan Tempo di Surabaya. Kariernya meningkat menjadi kepala biro. Pada 1. 98. 2, Dahlan diminta memimpin Jawa Pos, yang waktu itu sudah megap- megap. Berkat kegigihannya, Jawa Pos Group kini sudah menggurita. Kini setidaknya ada 8. Jawa Pos Group. Korporasi ini juga membangun pabrik kertas dan beberapa stasiun televise local, seperti JTV, Batam TV, Riau TV, Fajar TV, Palembang TV, Parijz van Java TV, dan Mahkamah Konstitusi Televisi (MKtv).“Kerajaan” Dahlan makin menggurita dan merambah ke bidang lain, yakni listrik swasta hingga mendirikan PT Fangbian Iskan Corporindo, yang membangun serat optic sepanjang 4. Surabaya dan Hongkong. Kekayaan bapak dua anak, Azrul dan Isna Fitriana ini, berdasarkan LHKPN KPK per 3. Maret 2. 01. 0 sebesar Rp. Anak miskin itu kini sudah menjadi milioner dan bahkan menjadi seorang menteri “basah” yang menjadi incaran parpol.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
January 2017
Categories |